Pengertian kasus :
Hernia adalah kelemahan pada dinding otot abdomen dimana segmen dari isi perut atau struktur abdomen lain menonjol atau turun. Hernia scrotalis (hernia inguinalis lateralis) adalah kondisi dimana penurunan isi perut mencapai skrotum .
A. Identitas Pasien
Nama pasien : Bapak S
Umur :
65
tahun
Seks :
laki-laki
Tanggal masuk : 3
Maret 2014
Tanggal kasus : 4
Maret 2014
Diagnosa medis : Hernia Skrotalis Dextra (post operasi)
B. Skreening gizi (form MST)
Ada penurunan berat badan (2), tidak ada penurunan nafsu makan (0), ada kondisi khusus (geriatri dan mengalami hernia). Pasien beresiko mengalami malnutrisi.
C. Nutrition Assesment
Antropometri
|
·
TBA
= 153 cm
·
BBA
= 43 kg
·
IMT = BB/(TB)2 = 43/(1.53)2 =
18,4
|
Kesimpulan :
Status Gizi berdasarkan IMT adalah kurus (gizi kurang)
|
|
Biokimia
|
·
Kolesterol = 144 (N : < 200)
·
SGOT = 33,3 (N : < 40)
·
SGPT = 30,6 (N : < 41)
|
Kesimpulan :
Kolesterol, SGOT dan SGPT normal
|
|
Klinik/Fisik
|
·
Composmentis
·
KU biasa
·
BB turun
·
Nafsu makan baik
· Tangan terkadang tidak bisa digerakkan
·
Kaki sering kram
·
Nyeri pada skrotum
·
Mual dan muntah
· Benjolan pada selangkangan kanan
·
TD = 95/60 (N : 120/80 mmHg)
·
Nadi = 80 (N : 60-100x/mnt)
·
Temperatur = 36oC (N : 36-37oC)
·
RR = 24x/mnt (N : 16-20x/mnt)
|
Kesimpulan :
TD rendah, RR cepat, nadi normal, suhu normal.
|
|
Dietary History
|
· SMRS : makan 3x/hari; semua sayur suka; rata-rata nasi
2 centong/makan; lauk : telur, tempe; jarang teh dan kopi
· MRS (3/3/14) : Makan selalu habis (makanan biasa/N =
2.300 kkal)
· Tidak ada alergi makanan
|
Kesimpulan :
Asupan
makan RS lebih tinggi daripada kebutuhan gizi.
|
D. Nutrition Diagnosis
NC-3.2
|
Penurunan berat badan yang tidak diharapkan disebabkan
oleh peningkatan kebutuhan zat gizi karena metabolisme yang berlebihan akibat
sakit ditandai dengan adanya penurunan berat badan status gizi kurus (IMT
< 18,5)
|
NI-5.1
|
Peningkatan kebutuhan energi disebabkan oleh
penyembuhan luka pasca operasi
|
E. Nutrition Intervention and Planning
1.
Nutrition Intervention
a.
Jenis terapi diet : Diet TETP
b.
Bentuk makanan : Biasa (nasi)
c.
Cara
pemberian : Oral
d.
Tujuan
diet :
1)
Mencegah penurunan berat badan
2)
Mempertahankan nilai laboratorium
3)
Memberi asupan makan sesuai kondisi pasien
4)
Mempercepat penyembuhan pasien pasca bedah
e.
Syarat
diet :
1)
Energi tinggi, yaitu penambahan energi sebesar 300 kkal
2)
Protein tinggi, yaitu 1,2 gr/kgBB
3)
Lemak sedang, yaitu 20% TE
4)
KH sisa protein dan lemak
5)
Makan 3x utama 2x selingan
2.
Perhitungan kebutuhan gizi
a.
Energi (rumus Harris Benedict)
[66 + (13,7 x BB) + (5xTB) – (6,8 x U)] x fa x fs
= [66 + (13,7 x 43) + (5x153) – (6,8 x 65)] x 1,2 x 1,4
= 1643,2 kkal
Energi setelah penambahan
= 1643,2 kkal +
300 kkal = 1943,2 kkal
b.
Protein
1,2 gr/kgBB = 1,2 x 43 = 51,6 gr = 206,4 gr
c.
Lemak
20% TE = 0,2 x 1943,2 kkal = 388,6 kkal = 43,2 gr
d.
KH
TE – (Protein + Lemak) = 1943,2 – (206,4 + 388,6) = 1348,2
kkal = 337,1 gr
E. Monitoring Evaluation
1.
Ada tidaknya penurunan berat badan
2.
Nilai laboratorium terkait dengan penyakit (Hb, leukosit,
trombosit, eritrosit)
3.
Monitoring keadaan fisik/klinis terkait dengan penyakit
dan post operasi (tekanan darah, suhu, nadi, RR, KU, nyeri)
4.
Asupan makan (habis/tidak), nafsu makan (baik/tidak).
(Pemesanan makanan rumah sakit adalah makanan biasa yang mengandung energi sebesal 2300 kkal, sehingga sudah mencukupi kebutuhan pasien yang membutuhkan diet TKTP.)
Sumber :
Almatsier, sunita.(2002). Penuntun Diet.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Ignatavicius D. Donna VB. Marilynn (2002).
Medical Surgical Nursing: Assessment and Management for Continuity of
Care. Fifth Edition. Philadelphia: W.B.
Saunders Company
Tidak ada komentar:
Posting Komentar